Anak dan internet, bagi kita para generasi muda namanya internet udah jadi kebutuhan primer yang harus ada dalam kehidupan. Bagi damdam se...

Children and the Internet

Anak dan internet, bagi kita para generasi muda namanya internet udah jadi kebutuhan primer yang harus ada dalam kehidupan. Bagi damdam sendiri internet itu udah kaya papan selancar yang membawa kita pada pengetahuan – pengetahuan baru, damdam yang seorang mahasiswa gak pernah lepas sama yang namanya internet. Selalu Bolak – balik buka beberapa website seperti  wikipedia.com,slideshare.com,brainly.com,ppt,pdf,ebook,facebook,kaskus,gmail,yahoo dan  lainnya.

Bagi generasi muda sekarang adalah Zamannya teknologi yang berbicara. udah bukan lagi harus selalu berfikir Skeptisme dan selalu terhipnotis pada buku – buku. Sekarang generasi muda sudah mulai menyadari sepenuhnya aktualisasi diri. Mereka menciptakan teknologi membuat keajaiban dengan internet untuk mempermudah dan memberikan sebuah inovasi baru terhadap khalayak luas. Jika kita lihat pada real life, Manusia kini menjadikan internet sebagai sebuah Kebutuhan Primer. Baik anak maupun orang dewasa. Namun tidak selamanya internet berdampak baik, internet sangat sulit untuk di kontrol. Banyak konten – konten khusus dewasa yang seharusnya tidak dipublikasi secara terbuka  justru di publikasi dengan terang – terangan. Bukan Cuma itu internet juga bisa berdampak pada para cyber crime( Predation ), entah sudah berapa kasus yang terjadi. Yang jelas internet adalah sebuah dunia digital dimana kita dapat mendapatkan apa saja tanpa harus membeli ribuan buku – buku ataupun tumpukan tumpukan bahan bahan informasi yang kita inginkan. Internet menjadi salah satu kebutuhan masyarakat meski tedapat porsi POSITIF & NEGATIF-nya masing – masing.

APA YANG ANAK LAKUKAN DI INTERNET?

Sebagian besar anak-anak di Amerika Serikat dan Kanada telah diakses internet. lebih dari 95% telah mengakses internet ( online ),Dan 75% dari mereka memiliki akses Internet di rumah. Banyak anak mengakses internet setidaknya sekali seminggu dari sekolah, rumah, atau perpustakaan; survei dari beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa sampai dengan satu setengah dari anak-anak menghabiskan lebih dari satu jam di Internet per hari (Environics Research Group, 2001;. Roberts et al, 2005).

Selain itu, anak-anak mengakses Internet dari usia yang sangat dini, 15% dari remaja di bawah usia 18 tahun teringat belajar untuk menggunakan Internet pada 7 tahun atau lebih muda. Dalam 2003 Amerika Serikat survei dari orang tua, Rideout dkk. (2003;. Lihat juga Calvert et al, 2005) menemukan bahwa anak-anak mulai mencari situs Web tanpa pengawasan orangtua di usia 4 tahun dan mengirim e-mail sendiri sedini usia 3 tahun. Jelas, anak-anak tenggelam dalam lingkungan Internet dalam jumlah yang meningkat untuk meningkatkan panjang waktu. Anak-anak terutama mengakses internet melalui World Wide Web. Anak-anak menggunakan Web untuk mengakses sumber daya informasi melalui pencarian Web dan browsing disukai situs Web; berkomunikasi menggunakan e-mail, instant messaging, dan diskusi; dan musik akses, video, dan permainan komputer.

Anak-anak berumur kelas dua memiliki alamat e-mail melalui kelas mereka. Account e-mail ini digunakan sebagai bagian dari kurikulum seni bahasa untuk mengembangkan membaca dan menulis keterampilan dan sebagai bagian dari kurikulum studi sosial untuk komunikasi dengan anak-anak dari budaya lain. Anak-anak kecil mungkin juga memiliki account e-mail untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga. Anak-anak juga menggunakan pesan instan untuk berkomunikasi dengan teman-teman, sering secara paralel dengan bermain game komputer atau melakukan pekerjaan rumah (Shiu & Lenhart, 2004). Anak-anak paling sering berselancar di Web untuk game dan musik tetapi mereka juga mencari informasi untuk laporan sekolah dan kepentingan pribadi (Environics Research Group, 2001;. Lenhart et al, 2001). Sumber anak khusus Internet telah menjadi semakin dipopulerkan di kalangan orang tua dan pendidik, setidaknya-dan dipasarkan sebagai menyediakan anak-anak dengan akses yang aman dan aman ke Internet.

Di indonesia sendiri, anak – anak usia dini telah diperkenalkan pada internet melalui gadget yang mereka miliki. Berawal dari sebuah game berbasis android. Dan diperdalam  melalui perkembangan KURTILAS yang mengharuskan anak – anak aktif dalam belajar.Memanfaatkan internet sebagai acuan perubahan untuk masa depan dan juga menunjang prestasi bangsa.

                Internet Juga Dijadikan sebagai Jalan keluar bagi anak – anak yang mengalami bullying. Internet membantu mereka bersosialisai, Untuk Anak dengan kepribadian introvert Internet adalah syurga untuk melaksanakan aktifitas sosial seperti anak – anak Ekstrovert lainnya. Dasar Anak – anak Introvert untuk menggunakan Internet adalah untuk Menghindari dari Bullying Lingkungan tempat beraktifitasnya. Namun tak selamanya internet bersifat postif, ternyata anak anak  di indonesia sudah mengalami Internet Addiction syndrom.

Internet  addiction adalah suatu sindrom ketergantungan terhadap internet secara fisik dan psikologis yang ditandai dengan pemakaian internet secara berlebihan dan tidak mampu mengontrol penggunaan internet.

Perilaku internet addiction akan diukur dengan menggunakan Internet Addiction Test (IAT) yang dikembangkan berdasarkan aspek-aspek kecenderungan internet addiction menurut Young (1999) yaitu merasa keasyikan dengan internet, perlu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu menggunakan internet, tidak bisa melakukan upaya untuk mengontrol, mengurangi atau menghentikan penggunaan internet, merasa gelisah, murung, depresi atau marah ketika mencoba untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan internet, mengakses internet lebih lama daripada yang direncanakan, kehilangan orang-orang terdekat dan pekerjaan atau kesempatan pendidikan serta karir akibat penggunaan internet, membohongi keluarga dan terapis serta orang-orang terdekat untuk menyembunyikan keterlibatan lebih jauh dengan internet dan menjadikan internet sebagai cara untuk melepaskan diri dari berbagai permasalahan atau melepaskan diri dari perasaan yang tidak menyenangkan. Menggunakan internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak berdaya,rasa bersalah, kegelisahan bahkan depresi.

                Apabila Seorang anak Mengalami Internet addiction, dan Orang tua Membatasi dalam penggunaan Internetnya. Maka anak ini kemungkinan akan mengalami ‘hate’ terhadap Orang – orang yang membatasi Internetnya, tidak jarang banyak anak mencuri – curi kesempatan untuk memanfaatkan kelengahan orang tua. Smartphone adalah salah satunya, di 2016 ini Smartphone dapat mengakses internet jika memiliki paket data. Sering kali orang tua membatasi pembelian paket data kepada anak, dan anak menjadi sangat liar. Ada beberapa kasus menyebutkan anak mengambil uang orang tua tanpa sepengetahuan orang tua untuk membeli paket data, ataupun pergi hingga larut hanya untuk mendapatkan jaringan paket data seperti WIFI.\

                Anak – anak yang kecanduan
Secara historis, orang tua, guru, pembuat kebijakan( Sosial Development ), dan pers telah prihatin tentang dampak buruk dari media baru pada anak-anak Film, radio, dan televisi semua terlihat awalnya sebagai berpotensi berbahaya bagi perkembangan anak. Komputer dipandang sebagai merampas anak-anak peluang pengembangan sosial dan fisik penting. Kritikus memperingatkan bahwa kegiatan kontak sosial dan fisik penting mengungsi akibat waktu yang dihabiskan sosial terisolasi di depan komputer layar-ini jauh kekhawatiran yang sama yang diungkapkan ketika televisi mulai muncul di ruang keluarga. Karena internet dapat diakses secara bebas, kritikus juga prihatin tentang anak-anak yang terkena masalah yang mereka tidak bisa memahami atau mengatasi, seperti pornografi dan benci. Akhirnya, mengingat anonimitas Internet, kritikus sekarang semakin khawatir tentang anak-anak menjadi korban predator seksual dan cyber crime.


Baru – baru ini Para programmer yang perduli terhadap Masa depan anak terhadap dampak negatif yang diberikan internet membuat sebuah Software / aplikasi bernama “ INTERNET POSITIF “. Internet Positif merupakan ( Internet wise ) kebijakan dan tindakan yang diambil untuk mengendalikan konten yang bisa diakses oleh pengguna layanan internet Provider & Proxy. Kalau dilihat dari kriterianya memang termasuk kategori situs beresiko baik secara fisik, mental dan uang.

Bagaimana cara kerja Internet Positif?

Cara kerja Internet Positif dalam memblokir situs sebenarnya sangat jelas, kalau anda membuka alamat website tertentu yang termasuk dalam daftar blaclistnya maka akan otomatis dialihkan ke website Internet Positif. namun internet Positif tidak bisa mensensor semuanya, karena sistem mereka berbasis blacklist. Tapi kadang – kadang sensor atau blokir mereka cukup agresif, jadi ingat ada satu situs kesehatan dalam bahasa inggirs yang sampai sekarang masih kena blok karena beberapa isinya pengetahuan mengenai kesehatan seksual dan dilengkapi gambar.

Anak-anak mengembangkan rasa siapa mereka dan bagaimana mereka muat dalam keluarga mereka, sekolah, dan masyarakat. Mereka belajar untuk kritis mengevaluasi karakteristik yang definisi diri mereka sendiri dan mereka belajar untuk mengendalikan perilaku mereka untuk beradaptasi dengan norma-norma dan nilai-nilai masyarakat. Aspek-aspek perkembangan sosial membutuhkan anak-anak untuk berinteraksi dengan orang lain dalam rangka untuk membedakan diri dari orang lain, membandingkan karakteristik yang mendefinisikan diri mereka dengan orang-orang yang mendefinisikan orang lain, dan mengembangkan kontrol diri. Kritikus mengeluh bahwa penggunaan komputer mengarah ke isolasi sosial, yang sering menyebabkan depresi dan gangguan mental lainnya.

Hasil survei dari pertama kali pengguna internet sebagai bagian dari studi longitudinal HomeNet yang dilakukan pada tahun 1995-1998 mengenai dampak internet pada interaksi sosial. Pengguna internet pertama kali ini melaporkan penurunan dalam interaksi sosial dan peningkatan gejala depresi selama beberapa bulan pertama mereka dari penggunaan Internet; Sebagai tambahan, korelasi antara penggunaan Internet dan isolasi dan depresi tindakan yang sedikit lebih tinggi untuk remaja dalam sampel dibandingkan untuk orang dewasa. Efek ini berumur pendek, namun; Kraut et al. (2002) mengikuti HomeNet-partai ticipants selama periode waktu yang lebih lama (tiga tahun sebagai lawan 12-18 bulan) dan efek negatif dari penggunaan internet telah menghilang. Dalam penelitian kedua, Kraut et al. (2002) menemukan bahwa anak-anak ekstrovert dan orang dewasa melaporkan peningkatan yang lebih besar dalam interaksi sosial dan harga diri sebagai fungsi dari peningkatan penggunaan Internet. Gross (2004) berpendapat bahwa, sebagai anak-anak lebih menggunakan Internet, lebih dari teman-teman mereka akan juga, dan internet akan hanya menjadi salah satu bentuk yang lebih dari komunikasi dan interaksi. Penelitian lain menunjukkan bahwa Internet dapat memiliki efek positif pada pembangunan sosial. Stern (2002) menganalisis situs Web pribadi gadis-gadis remaja '. Dia menemukan bahwa gadis-gadis 'self-ekspresi yang konsisten dengan teori-teori perkembangan sosial. Stern berpendapat bahwa Internet memberikan kesempatan yang baik bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka ketika mereka mengembangkan sosial dan seksual.

Seperti yang sudah kita ketahui tentang “Internet Addiction”. Faktor Kondisi psikologis Individu yang mengalami internet addiction juga mengalami kecanduan pada hal lain, seperti obat-obatan terlarang, alkohol, rokok dan seks. Internet addiction menimbulkan masalah-masalah emosional seperti depresi, dan gangguan kecemasan dan seringkali menggunakan dunia fantasi di internet sebagai pengalihan secara psikologis terhadap perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan atau situasi yang menimbulkan stres.
Selain itu, Faktor Gender mempengaruhi jenis aplikasi yang digunakan dan penyebab individu tersebut mengalami internet addiction. Laki-laki tertarik pada hal-hal yang dapat menunjukkan dominasinya dan fantasi seksual online, contohnya game online, situs porno, dan perjudian online. Sedangkan perempuan tertarik pada membina hubungan lebih akrab, hubungan romantis, dan lebih suka berkomunikasi dengan menyembunyikan identitasnya, contohnya chatting, eBay dan berbelanja online. Hal ini menunjukkan bahwa atribut gender juga sama-sama berperan dalam dunia internet sebagaimana stereotipe antara laki-laki dan perempuan di dunia nyata.



Pornografi adalah lazim di seluruh Internet; gambar-gambar porno yang tersedia di jutaan situs web dan melalui ratusan ribu sumber Internet. Anak-anak lebih mungkin untuk mengakses pornografi secara tidak sengaja, namun. Hal ini dapat terjadi melalui kombinasi yang tidak bersalah dari pencarian kata kunci beberapa makna (misalnya anak mainan) dan melalui teknik yang digunakan oleh distributor pornografi untuk merekrut pelanggan baru. Distributor pornografi mungkin mengirim spam e-mail dengan konten pornografi atau mengundang penerima untuk mengakses pornografi. Seperempat dari anak-anak yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka telah secara tidak sengaja terpapar pornografi, 75% melalui situs Web dan 25% melalui e-mail atau pesan instan. Anak yang lebih tua lebih mungkin telah sengaja terpapar pornografi dari anak-anak muda; Namun, anak-anak yang lebih tua terlibat dalam kegiatan-kegiatan Internet lebih, termasuk memasuki chat room dan terlibat dalam perilaku berisiko internet, seperti chatting dengan orang yang mereka belum pernah bertemu.
Laporan berita dari anak-anak yang terpikat ke permainan tradisional tampaknya akan digantikan oleh laporan dari anak-anak yang terpikat di Internet. ) dianalisis pertanyaan tentang ajakan seksual dari 1999-2000 Survey Keselamatan Pemuda Internet. Hampir 20% dari responden yang berusia 10-17 melaporkan menerima ajakan seksual yang tidak diinginkan melalui e-mail atau chatting. Hampir semua permohonan datang dari seseorang yang ditemui hanya di Internet. Beberapa permohonan yang permintaan langsung untuk pertemuan tatap muka; yang permohonan termasuk meminta seorang gadis tentang ukuran bra-nya, meminta anak laki-laki untuk terlibat dalam cybersex, dan mengirim gambar seksual eksplisit. ) studi melaporkan ajakan lebih sering daripada anak-anak yang lebih muda, berusia 10-13 tahun, dan dua kali lebih banyak gadis melaporkan ajakan dari anak laki-laki. Risiko untuk menerima ajakan seksual lebih tinggi untuk "bermasalah" anak-anak (berdasarkan pada laporan gabungan dari gejala depresi, korban, dan ketidakstabilan keluarga). Risiko juga lebih tinggi untuk anak-anak melaporkan lebih sering menggunakan Internet dan terlibat dalam perilaku yang berpotensi berisiko di internet, seperti posting informasi pribadi, menggunakan alias bernada seksual di ruang chatting, berbicara tentang seks dengan seseorang bertemu hanya online, dan mengunjungi Web / situs porno.

Respon Keras diberikan oleh para pembuat kebijakan( Sosial Development ) tentang hal ini, beberapa pendekatan telah digunakan untuk melindungi anak-anak dari efek merusak dari Internet. Salah satu pendekatan adalah untuk mengatur apa bahan dapat didistribusikan di Internet. Undang-Undang Perlindungan Anak Tentang online (COPA) disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1998, yang melarang penyedia layanan Internet komersial dari mendistribusikan konten yang dilarang untuk anak di bawah umur. Meskipun undang-undang ini tidak pernah diambil efek karena pengadilan tantangan bahwa hukum melanggar Amandemen Pertama hak untuk kebebasan berbicara, banyak negara telah membuat hukum yang sama. Dalam menanggapi hukum potensial, banyak situs pornografi ditutup, hanya untuk muncul kembali pada domain lain host di luar Amerika Serikat. Seperti disebutkan sebelumnya, pendekatan lain untuk melindungi anak-anak dari bahaya internet telah pengembangan perangkat lunak untuk menyaring keluar atau memblokir akses anak-anak terhadap sumber daya ofensif. , berbagai negara telah memberlakukan undang-undang yang sama. Banyak sekolah dan perpustakaan telah menginstal perangkat lunak penyaringan dan perusahaan- perusahaan komersial seperti Net Nanny dan Cyber ​​Sitter terlibat dalam pemasaran yang luas dari program penyaringan fi mereka kepada orang tua. Kedua pendekatan ini, legislatif konten dan memblokir konten, jangan muncul untuk melindungi anak-anak dengan mencoba untuk mencegah akses ke isi yang pantas.


REFERENCES
Boies, S. C, Knudson, G., & Young, J. (2004). The Internet, sex, and youths: Implications for sexual development. Sexual Addiction & Compulsivity, 11, 343–363. Branch Associates. (2002). NetSmartz Evaluation Project: Internet Safety Training for Children and Youth Ages 6 to 18. Atlanta, GA: Boys & Girls Clubs of America and National Center for Missing & Exploited Children. Retrieved August 1, 2005, from (http://www.netsmartz.org/pdf/evalstathigh.pdf) Brem, S. K., Russell, J., & Weems, L. (2001). Science on the Web: Student evaluations of scientiļ¬ c arguments. Discourse Processes, 32, 191–213.