Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Bukti paling kongkrit yaitu manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya
nalar sehingga manusia mampu berifikir, berbuat, dan bertindak untuk membuat
perubahan dengan maksud pengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan
seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya. Dalam kaitannya
dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu
proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani
Pada dasarnya ada dua pokok persoalan tentang hakikat
manusia. Pertama, telaah tentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Kedua, telaah tentang sifat manusia dan
karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta hubungannya dengan fitrah
manusia.
Ragam pemahaman tentang hakikat manusia, sbb:
1. HOMO RELIGIUS
Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai
makhluk yang beragam. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini
sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain
ciptaan-Nya. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikit, bertindak,
berusaha dan bisa manentukan mana yang baik dan benar. Disisi lain manusia
meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada
kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, sudah
menjadi fitrah manusia, pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang
mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan
dimuka bumi ini.
2. HOMO SAPIENS
Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan
dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan oleh
manusia karena memiliki akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa,
sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya. Manusia
sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang, namun yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia memiliki daya pikir
sehingga ia bisa berbicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita
sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
3. HOMO FABER:
Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti
(perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan
atau menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga
menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran
hidupnya. Melalui kemampual dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditunjang
oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan
organisasi kemasyarakata menuju kehidupan yang lebih baik.
4. HOMO HOMINI
SOCIUS
Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang
memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang
lainnya, namun pada saat yang bersamaan manusia juga sebagai kawan sosial bagi
manusia lainnya. Ia senantisa berinteraksi dengan lingkungannya. Ia berhubungan
satu sama lain dan membentuk suatu masyarakat tertentu. Walaupun terdapat
pendapat yang berlawanan, ada yang menyebut manusia adalah serigala bagi
manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah yang harus
dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah
membuktikan adanya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya
hanya membuahkan derajat peradapan manusia semakin tercabik-cabik dan
terhempaskan.
5. Manusia sebagai
makhluk etis dan estetis
Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang
memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapar memahami norma-norma
sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya.
Sedangkan makna estetis yaitu pemahaman tentang hakikat manusia sebagai makhluk
yang memiliki rasa keindahan (sense of beauty) dan rasa estetika (sense of
estetics). Sosok manusia yang memiliki cita, rasa, dan dimensi keindahan atau
estetika lainnya.
Selain itu kalau dilihat dari fisik maupun yang ada
sebaliknya, tidak dipungkiri lagi kalau manusia menyatakan dirinya sebagai
makhluk termulia diantara makhluk ciptaan Tuhan atas kemahamurahan dan
kemahaasihan-Nya, manusia dibekali dengan peralatan hidup sehingga dikatakan
“Sempurna” kehidupannya dengan corak yang beragam dibandingkan dengan yang
lain. Dan ada bukti yang dapat dikatakan sebagai “Tanda Kemuliaan /
Keistimewaan” manusia diantara makhluk lain ciptaan-Nya. Misalnya :
1. Semua unsur
alam, termasuk makhluk-makhluk lain, dapat dikuasai manusia dan dimanfaatkan
untuk keperluan hidupnya.
2. Manusia mampu
mengatur perkembangan hidup makhluk lain dan menghindarkannya dari kepunahan.
3. Manusia mampu
mengusahakan agar apa yang ada di alam ini tidak saling meniadakan.
4. Manusia mampu
mengubah apa yang ada di alam ini yang secara alamiah tidak bermanfaat menjadi
bermanfaat, baik bagi keperluan hidup manusia sendiri, maupun keperluan umum.
5. Manusia
memiliki kreativitas, sehingga mampu menciptakan benda-benda yang diperlukan
dengan bentuk dan model yang sesuai dengan keinginannya mereka.
6. Manusia
memiliki rasa indah, sehingga mampu menciptakan benda-benda seni yang dapat
menambah kenikmatan kehidupan rohaninya.
7. Manusia memiliki
alat untuk berkomunikasi dengan sesamanya yang disebut dengan Bahasa, yang
memungkinkan mereka dapat saling bertukar informasi satu sama lain demi
kesempurnaan hidup bersama.
8. Manusia
memiliki sarana pengatur kehidupan bersama yang disebut sopan santun / tata
susila, agar terciptanya suasana kehidupan bersama yang tertib dan saling
menghargai.
9. Manusia
memiliki ilmu pengetahuan, sehingga kehidupan mereka semakin berkembang dan
makin sempurna.
10. Manusia memiliki
pegangan hidup antar sesama demi kesejahteraan hidupnya di dunia selain itu
juga mengatur “pergaulannya” dengan Sang Pencipta demi kebahagiaan di kehidupan
akheratnya kelak.
Deretan “tanda-tanda keistimewaan” tersebut sesuai dengan
firman Allah dalam surat At-Tin ayat 4-6 yang artinya : “Sesungguhnya, telah
Aku ciptakan manusia itu dalam sebaik-baik ciptaan. Kemudian akan Aku
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang
beriman dan berbuat kebajikan.”
Sebaliknya sesuai dengan sifatnya sebagai “Benda Ciptaan” /
biasa disebut Makhluk, manusia pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Dan
sesungguhnya hanya Sang Penciptalah yang Maha Sempurna. Oleh karna itu hal yang
perlu kita sadari sepenuhnya bukan supaya kita “rendah diri”, melainkan agar
“tahu diri”. Dalam segala hal manusia ini tidak lebih hanyalah sebagai
“penerima” pemberian dari Yang Mahakarya. Manusia hakikatnya hanyalah “pemilik
sementara” dari apa yang sekarang “melekat dan diakui” sebagai predikat
dirinya.
Sumber:
http://patriciaselanno.blogspot.com/2011/12/makalah-isbd-manusia-sebagai-makhluk.html